Dibalik Kisah Soekarno, Masjid Istiqlal & Katedral

DNA Indonesia itu beragam, sejak zaman dahulu kala kepulauan nusantara sudah terkenal atas keberagamannya. Keberagaman itu ada didalam kita, dan kebergaman itu adalah kita. Hal itu dapat terlihat pada bagaimana adanya candi yang berbeda agama tetapi dibangun dalam sebuah pulau yang sama seperti candi borobudur dan candi prambanan dimana keduanya ada di pulau jawa. Yang tidak kalah menarik adalah tidak sedikit rumah ibadah di Indonesia yang dibangun secara berdekatan.

Di kota Malang misalnya, Ada GPIB Immanuel dan Masjid Agung Jami’ yang dibangun bersebelahan. Sedangkan di pulau dewata Bali, terdapat kawasan yang bernama puja mandala yang dianggap sebagai miniatur kerukunan umat beragama di Indonesia. Mengapa demikian?, karena dalam kawasan puja mandala saja 5 tempat ibadah yang berbeda. Diantara berbagai fakta tersebut, yang paling unik mungkin adalah keberadaan dari masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang dibangun tepat berseberangan. Dimana lokasinya juga cukup berdekatan dengan monas dan istana negara, pertanyaannya adalah mengapa bisa kedua rumah ibadah itu dibangun berdekatan.

Pembangunan masjid Istiqlal tidak terlepas dari semangat toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Atas inisiatif dari presiden Soekarno, ia sengaja memilih lokasi yang berseberangan dengan Katedral Jakarta dan juga GPIB Immanuel. Baik president Soekarno maupun rekan-rekannya, ingin menunjukkan kepada dunia bahwa semangat persatuan bukan hanya dilambangkan dalam Pancasila. Melainkan juga diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Pembangunan majid Istiqlal juga mencerminkan semangat kebinekaan. Bagaimana tidak, artsitek dari masjid Istiqlal ternyata adalah seorang nasrani yang uniknya juga merupakan anak dari seorang pendeta batak. Ia menekuni bidang arsitektur di negeri Belanda, arsitek yang berasal dari Sumatera Utara ini bernama Frederich Silaban. Selain latar belakang arsiteknya yang cukup unik, toleransi antar umat beragama juga dapat terlihat saat perayaan hari besar keagamaan. Dimana baik Katedral Jakarta maupun masjid Istiqlal secara bergantian menyediakan tempat parkir untuk memudahkan umat yang sedang merayakan hari besar keagamaannya.

Pesan dari bapak pendiri bangsa, semangat kemerdekaan dimata seorang Soekarno membangun sebuah bangunan bukan hanya berbicara mengenai tumpukan bahan material. Membangun rumah ibadah sebesar masjid Istiqlal merupakan cermin dari kebangkitan sebuah bangsa. Kata Istiqlal sendiri memiliki arti kemerdekaan, bangunan ini merupakan simbol yang melambangkan kemerdekaan Indonesia termasuk dalam hal keberagaman.

Presiden Soekarno pernah berpesan bahwa perjuanganku  lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan saudara sendiri. Bung Karno sangat menyadari, bahwa ratusan tahun yang lalu intoleransi pernah memecah belah bangsa ini. Membuat kita mudah diadu domba dan akhirnya jauh tertinggal dibanding bangsa-bangsa lainnya. Padahal sejak zaman dahulu kala leluhur Indonesia berhasil mengukir berbagai prestasi.

Kapal yang besar seperti pinisi, candi yang mengah seperti Borobudur dan juga semangat keberagaman yang memampukan leluhur mencapai begitu banyak hal. Semua hal itu tersimpan dalam DNA kita masing-masing, namun saat ini semangat keberagaman itu sudah mulai memudar. Indonesia tentu membutuhkan dukungan untuk kembali memekarkan semangat keberagaman. Sebagai warga negara, kita dapat menjadikan masjid Istiqlal dan juga Katedral Jakarta sebagai refleksi dari semangat keberagaman di Indonesia yang besar.